Kamus Ungkapan Bahasa Jawa

Ensiklopedia
Dibaca : 20 kali

Tidak ada sinopsis buku

Si Dayang Rindu

Cerita Rakyat
Dibaca : 24 kali

Cerita “Si Dayang Rindu” yang ditulis oleh Dian Anggraini berasal dari daerah Lampung. Cerita ini mengisahkan tentang Pangeran Riyo yang memerintah Kerajaan Palembang. Dia sangat sakti dan disegani, tetapi belum memiliki seorang istri. Suatu hari, salah seorang prajuritnya memberitahu bahwa ada seorang putri cantik bernama Dayang Rindu yang berasal dari Kerajaan Tanjung Iran. Pangeran Riyo ingin melamar Dayang Rindu, akan tetapi Dayang Rindu sudah bertunangan dengan Ki Bayi Radin dari Rambang. Para prajurit Kerajaan Palembang tetap memaksa dan membawa Dayang Rindu untuk dinikahkan dengan Pangeran Riyo. Peperangan pun terjadi. Ki Bayi Radin gugur dalam peperangan. Dayang rindu yang sedih pun menghilang dan pergi ke kayangan selamanya. Pangeran Riyo pun akhirnya menyesali perbuatannya.

Pangeran Purbaya dan Raksasa Jin Sepanjang

Cerita Rakyat
Dibaca : 23 kali

Cerita "Pangeran Purbaya dan Raksasa Jin Sepanjang" yang ditulis oleh Herry Mardiyant berasal dari Yogyakarta. Cerita ini mengisahkan tentang Panembahan Senopati yang bermaksud memperluas kerajaan Mataram. Ia memerintahkan ketiga anaknya, Raden Purbaya, Raden Kuning, dan Raden Kruncing menaklukan wilayah hutan Kedu yang dikuasai oleh Raksasa Jin Sepanjang. Melalui kekuatan yang hebat dari Raden Purbaya, ia berhasil mengalahkan raksasa tersebut. Pengepungan yang dilakukan prajurit Mataram terhadap Raksasa Jin Sepanjang yang sangat rapat dan ketat itu dikenal sebagai 'Kepung Gelang' yang berarti mengepung rapat hingga seperti gelang. Sampai saat ini daerah pengepungan itu disebut Magelang.

Sumur Keramat Jati herang

Cerita Rakyat
Dibaca : 21 kali

Cerita "Sumur Jati Herang" yang ditulis Widowati Sumarni berasal dari Banten. Cerita ini mengisahkan tentang sebuah sumur keramat yang berada di desa Tampeuyan. Sumur ini berasal dari tongkat Ki Boyot Santri. Ketika Kiai dan Santrinya sedang melakukan pengembaraan, mereka kehabisan perbekalan. Semua santri berusaha mencari sumber mata air, tetapi tidak ada satu pun di antara mereka yang menemukannya. Akhirnya Ki Boyot menancapkan tongkatnya hingga memancarlah air dari bekas tongkat tersebut. Cerita ini mengajarkan kita untuk mendapatkan sesuatu itu tidak mudah. Butuh perjuangan yang keras untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Seperti halnya Kyai yang membiarkan santrinya mencari sumber mata air sebelum akhirnya dia menancapkan tongkatnya.

Kisah Persahabatan antara Pulau Haruku dan Pulau Seram

Cerita Rakyat
Dibaca : 20 kali

Cerita "Kisah Persahabatan antara Pulau Haruku dan Pulau Seram" yang ditulis oleh Nita Handayani Hasan berasal dari daerah Maluku. Cerita ini mengisahkan tentang hubungan persahabatan yang dijalin oleh buaya-buaya yang ada di Pulau Seram dan buaya di Pulau Haruku. Pada suatu ketika, seekor ular raksasa yang jahat datang dan menganggu ketentraman di Pulau Seram. Buaya Pulau Seram pun meminta bantuan pada buaya Pulau Haruku. Buaya Pulau Haruku bersedia menolong dan akhirnya berhasil mengalahkan sang ular raksasa walaupun dia harus berkorban nyawa. Sejak saat itu, buaya Pulau Seram sangat menghargai buaya Pulau Haruku karena pengorbanan yang telah dilakukan sahabatnya demi membantunya.

Putri Lumimuut: Asal-Usul Etnis Minahasa, Sumatra Utara

Cerita Rakyat
Dibaca : 29 kali

Cerita “Putri Lumimuut” yang ditulis oleh Nurul Qomariah ini merupakan cerita yang berasal dari daerah Sulawesi Utara. Cerita ini mengisahkan tentang seorang putri dari Kekaisaran Jepang yang terdampar di pantai Manado karena ia dibuang oleh Kaisar Jepang ke laut. Putri Lumimuut yang terombang-ambing ombak, akhirnya terdampar di pantai yang dikenal dengan nama Manadau. Di sana ia diangkat anak oleh seorang nenek tua bernama Karema. Hingga pada akhirnya Putri Lumimuut menikah dengan Toar, seorang pemuda dari pemberian dewa. Mereka dikaruniai sembilan orang anak putra dan sembilan orang putri. Dari merekalah keturunan etnis Minahasa berkembang turun-temurun hingga sekarang. Oleh karena itu, tanah Manandau yang sekarang dikenal dengan Manado,disebut pula dengan tanah Toar dan Lumimuut.

Putri Tujuh

Cerita Rakyat
Dibaca : 20 kali

Cerita "Putri Tujuh" yang ditulis oleh Adi Syaiful Mukhtar berasal dari daerah Maluku. Cerita ini mengisahkan tentang seorang bidadari yang bernama Putri Bungso yang harus ditinggalkan oleh keenam kakaknya karena sayapnya hilang saat sedang mandi di mata air Gunung Eriwakan. Putri Bungso pun mengadakan sayembara. Bagi siapa saja yang menemukan sayapnya jika laki-laki akan dijadikan suami , sedangkan jika yang menemukan nanti adalah perempuan, maka perempuan itu akan dijadikan saudara. Tidak berapa lama, muncullah seorang pemuda bernama Laweri Hulan datang dengan membawa sayap sang putri. Semenjak itu, mereka hidup sebagai sepasang suami istri hingga pada suatu hari, Putri Bungso harus kembali ke kayangan karena perintah Sultan. Laweri Hulan pun menyusul Putri Bungso dan membawanya kembali ke bumi. Mereka pun hidup bersama dengan bahagia.

Misteri Pulau Imam

Cerita Rakyat
Dibaca : 55 kali

Cerita "Misteri Pulau Imam" yang ditulis oleh Risnawati Djauhar berasal dari daerah maluku Utara. Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki yang bernama Imam. Imam adalah anak saleh, memiliki budi pekerti luhur, hormat kepada orang yang lebih tua, taat kepada gurunya, dan disegani oleh seluruh warga. Di daerah tempat tinggalnya, Imam menyebarkan agama Islam sampai dia meninggal dunia. Sepeninggal Imam, kepercayaan animisme dan dinamisme di daerah ini yang masih sangat kental, membuat banyak warga datang beramai-ramai ke kuburan Imam dan gurunya di pulau itu dengan tujuan untuk meminta kekayaan. Mereka melakukan itu sembari menyediakan sekali banyak sesajen dengan harapan mendiang Imam dan gurunya akan mengabulkan harapan mereka. Selain itu, bahkan ada juga yang ingin membongkar kuburan Imam karena mereka pikir di dalamnya terdapat harta karun, namun usaha mereka selalu gagal.

Buaya Laerisa Kayeli

Cerita Rakyat
Dibaca : 26 kali

Cerita “Buaya Laerisa Kayeli” yang ditulis oleh Asrif berasal dari daerah Maluku. Cerita ini mengisahkan tentang seekor buaya bertubuh besar dan berekor panjang yang hidup di Sungai Laerisa Kayeli, Pulau Haruku, Ambon. Buaya itu adalah buaya yang baik dan suka menolong warga untuk menyebrang sungai. Warga pun membalas budi baik buaya dengan memberikan cincin yang melingkar di kakinya. Suatu hari, sekawanan buaya dari Pulau Seram datang ke Pulau Haruku untuk meminta Buaya Kayeli melawan ular raksasa yang mengganggu para buaya di Pulau Seram. Pertarungan sengit pun terjadi di Tanjung Sial dan Buaya Kayeli berhasil mengalahkan ular raksasa. Mereka sangat senang dengan kemenangan Buaya Kayeli. Akibat kelelahan karena pertarungan, Buaya Kayeli pun meninggal. Namun, sebelumnya kematiannya, ia telah melahirkan seekor buaya muda untuk meneruskan kebaikannya menolong warga di Pulau Haruku.

Keke Panagian

Cerita Rakyat
Dibaca : 56 kali

"Keke Panagian" adalah sebbuah cerita dari Sulawesi Utara yang ditulis ulang oleh Nontje Deisye Wewengkang. Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang hidup di Desa Wanua Uner. Sang suami bernama Pontohroring dan sang istri bernama Mamalauan. Saat usia senja, mereka baru dikaruniai seorang anak. Anak itu diberi nama Keke Panagian. Keke adalah panggilan kesayangan untuk anak perempuan di Minahasa. Keke tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan berbudi pekerti baik. Namun, sungguh disayangkan Keke melakukan satu kesalahan besar yaitu melanggar larangan ayahnya yang tidak mengizinkannya datang ke pesta rakyat. Keke diusir oleh ayahnya karena kesalahan tersebut. Saat Keke Panagian pergi meninggalkan rumah, tiba-tiba cahaya yang sangat terang melingkupi tanah lapang dan sebuah tangga turun dari langit. Keke Panagian menaiki tangga itu ke langit. Peristiwa itu disaksikan oleh orang tua keke dan warga kampung. Karena sedih yang mendalam kehilangan anak kesayangannya, akhirnya kedua orang tua Keke meninggal dunia.