Seri Genteng
Cerita RakyatCerita "Seri Genteng" yang ditulis Yeni Yuliantii berasal dari Kalimantan Barat. Cerita ini berkisah tentang seorang ibu dan gadis kecil bernama Enten yang tinggal di sebuah gubuk di balik bukit di hutan belantara. Untuk memenuhi kehidupan, mereka hanya memakan umbi-umbian dan menjual dedaunan. Suatu hari, Enten pergi ke kota dan bertemu dengan Senarai. Selama tinggal di kota, Senarai memberi Enten makan nasi. Enten pun sangat menuukai nasi, makanan yang ia baru kenal. Sepulang dari kota, Enten pun menceritakan betapa lezatnya nasi itu, dan meminta ibunya untuk menanam padi. Namun, padi tumbuh lama hingga akhirnya Enten kelaparan. Untuk menahan lapar, Ibu Enten menyuruh Enten untuk mengikat pinggangnya. Semakin lama lingkaran perut Engten menjadi merah, dan ubuh Enten menjadi semakin kecil sebesar ulat. Melihat anaknga berubah, ibu Enten pun mengikat perutnya hingga ikut mengecil. Mereka berdua pun menjadi dua ekor ulat yang selalu melekat di tanaman padi. Sampai sekarang dipercaya bahwa jika telah ada ulat bulu yang melekat pada padi menandakan bahwa panen akan segera datang dan menghasilkan padi yang melimpah ruah.
Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
Cerita RakyatCerita "Si Kodok Kata Malem Baik Budi Penawan Hati" yang ditulis oleh Hari Sulastri berasal dari Sumatera Utara. Cerita ini mengisahkan tentang sekelompok masyarakat yang dikepalai seorang penghulu kampung. Ia menikahkan anaknya dengan anak perempuan saudara laki-laki istrinya. Beberapa tahun berlalu namun penghulu kampung dan permaisuri belum menimang cucu. Permaisuri lalu meminta adiknya untuk menemui nenek sakti. Nenek sakti tersebut berkata bahwa permaisuri akan memperoleh cucu asalkan anak dan menantu mengungsi ke tepi hutan dan jauh dari keramaian selama tujuh belas tahun. Setelah bermusyawarah, permaisuri dan penghulu kampung melepas kepergian anak dan menantunya. Beberapa tahun kemudian, mereka melahirkan bayi laki-laki yang wajahnya mirip kodok. Tujuh belas tahun berlalu, si Kodok dan orang tuanya pulang ke Kampung Gugung, tetapi semua orang menggunjingkan wajah Kodok. Pada suatu hari, si Kodok ingin menikah dan ibunya ingin menjodohkannya dengan anak uaknya. Ia menanggalkan baju kodoknya dan berubah menjadi tampan.
Bispu Raja
Cerita RakyatCerita yang ditulis oleh Rr. Dwiantari H. ini berasal dari Kepulauan Riau. Bispu Raja adalah raja adil bijaksana dan murah hati kepada rakyatnya. Setiap hari sang raja selalu berkeliling untuk memastikan keamanan rakyatnya. Kerajaan yang dinaungi dengan kebahagiaan dan kemakmuran, membuat Bispu Raja begitu dicintai oleh rakyatnya. Namun, cobaan menimpa Bispu Raja, ketamakan dan kerakusan akan kekuasaan membuat kerajaan ini menjadi goyah karena upaya kudeta “musuh dalam selimut”. Bispu Raja nan baik hati, karena begitu cinta kepada rakyatnya dan tidak ingin adanya pertumpahan darah, sang raja pun memilih meninggalkan istana. Dalam pelarian sang raja, kemalangan kembali menimpanya, anak, dan istrinya menghilang. Peristiwa itu membuat duka sang raja semakin mendalam, perjalanan hidup Bispu Raja pun begitu banyak memetik hikmah.
Antu Banyu
Cerita RakyatCerita “Antu Banyu” yang ditulis oleh Sari Herleni merupakan cerita yang berasal dari Sumatera Selatan Erul belajar membuat layang-layang dari kakeknya, dulu sebelum kakeknya meninggal. Siang dan malam Erul mengikuti semua tahap pembuatan layang-layang: mulai dari memilih bambu yang baik, mengambil bagian yang kuat, merautnya, sampai memilih kertas minyak yang terbaik. Dusun Erul berada di ulu Sungai Musi, yaitu sungai terbesar di Sumatera Selatan. Sejak zaman dulu penduduk dusun-dusun di sepanjang Sungai Lematang hidup dengan damai. Konon kabarnya mereka satu nenek moyang. Akan tetapi, karena sudah beranak pinak, mereka menyebar dan membuka dusun-dusun baru. Karena alasan mendekati sungai, dusun-dusun itu berbaris rapi di sepanjang sungai Lematang. Cerita ini mengajarkan kita agar selalu teliti dalam bekerja.
Sari Gading
Cerita RakyatCerita "Sari Gading" yang ditulis oleh Harlina Indijati berasal dari Jawa Tengah. Cerita ini mengisahkan tentang sepasang suami istri bernama Pan Sarinando dan Men Sarinando. Saat Men Sarinando tengah hamil sembilan bulan muncul laki-laki tua yang menyuruh untuk meletakkan bayi yang nantinya lahir di tepi pantai. Bayi tersebut supaya dibekali bubur merah putih dan air di tabung bambu. Segera setelah melahirkan, Men Sarinando menuruti perintah tersebut. Hari demi hari berganti dan bayi tersebut tumbuh menjadi gadis cantik. Pada suatu hari, seorang nelayan mendekatinya dan menanyakan siapa namanya. Gadis itu menjawab, “Sari Gading” lalu menghilang dan berubah menjadi pohon gebang. Pohon itu mengeluarkan suara dan berjanji akan menjamin semua keturunan orang tuanya yang hidup di pantai. Sang Pohon juga berpesan agar nelayan memotong ujung batangnya untuk bahan membuat benang yang nantinya dapat dianyam menjadi jaring untuk mencari ikan. Pesan tersebut diturunkan pada anak cucunya dan masyarakat agar dilaksanakan oleh mereka.
Pertarungan Sultan Maulana Hasanuddin dan Prabu Pucuk Umun
Buku Cerita AnakCerita "Pertarungan Sultan Maulana Hasanuddin dan Prabu Pucuk Umum" ditulis oleh Nur Seha berasal dari daerah Banten. Kisah ini bercerita tentang kehidupan Sultan Maulana Hasanuddin sebagai sultan pertama di Banten. Dia memiliki seorang kakek yang bernama Prabu Surawosan dan paman yang bernama Prabu Pucuk Umun. Suatu hari, Prabu Surawosan sakit keras. Sebelum dia meninggal, dia beramanat pada keluarganya agar selalu memegang teguh ajaran Sunda Wiwitan dan mempertemukan Hasanuddin dengan ayahnya,yaitu Sultan Syarif Hidayatullah. Suatu hari, Hasanuddin berseteru dengan Prabu Pucuk Umun. Penyelesaian masalah pun dilakukan dengan mengadakan pertandingan adu ayam. Akhirnya Prabu Pucuk Umun pun kalah dan menyerahkan takhtanya kepada Sultan Maulana Hasanuddin. Cerita ini mengajarkan sejarah dari daerah Banten yang mengandung nilai-nilai kepemimpinan dari Sultan Maulana Hasanuddin.
Petualangan Baron Sakender
Cerita RakyatCerita "Petualangan Baron Sakender" yang ditulis Nurweni Saptawuryandari berasal dari Yogyakarta. Cerita ini mengisahkan tentang Baron Sakender. Ia digambarkan sebagai orang yang rendah hati, baik, dan berani. Sebagai seorang anak laki-laki, ia selalu bersikap sopan, rendah hati, suka menolong, dan menghargai orang. Sifat, tingkah laku, dan karakter tokoh Baron Sakender patut ditiru dan diteladani.
Aji Batara Agung Dewa Sakti
Cerita RakyatCerita "Aji Betara Agung Dewasakti" yang ditulis oleh Yudianti Herawati berasal dari Kalimantan Timur. Cerita ini mengisahkan seorang manusia titisan dewa, Aji Betara Agung Dewasakti, yang diberikan kepada petinggi Jaitan Layar. Beragam rentetan upacara budaya dilakukan untuk memenuhi pesan Sang Dewa ketika menitipkan sang manusia titisan dewa itu. Aji Betyara Agung Dewisakti tumbuh dan menikah dengan Putri Karang Melenu. Putri Karang Melanu adalah seorang anak petinggi Hulu Dusun yang juga manusia titisan dewa. Dari pernikahan itu, lahirlah penerus dinasti kerajaan Kutai Kartanegara. Sejak saat itu, upacara bernilai budaya digelar setiap tahunnya oleh pemerintah daerah Kutai Kartanegara sebagai simbol kejayaan Kutai Kartanegara.
Kisah Tiga Pangeran
Cerita RakyatCerita “Kisah Tiga Pangeran” yang ditulis oleh Yeni Mastuti merupakan cerita yang berasal dari Sumatera Selatan. Kisah Tiga Pangeran ini diolah kembali dari penuturan narasumber jeme owam (orang Kayu Agung) yang menceritakan ujian dari raja untuk ketiga anaknya, Radhen, Kiemas,dan Fayyadh. Ketigaanak raja tersebut diuji raja untuk menentukan siapa yang pantas menggantikan kedudukannya kelak.