Ansuang Bakeng
Cerita RakyatCerita “Ansuang Bakeng” yang ditulis oleh Jeannie Lesawengan merupakan cerita yang berasal dari daerah Sulawesi Utara. Cerita ini mengisahkan tiga orang kakak beradik. Mereka bernama Panggelawang, Wanggaia,dan Nabai. Mereka bertiga hidup rukun dan akrab satu dengan lainnya. Suatu ketika cuaca buruk sekali. Angin kencang berhembus dan banyak nelayan yang butuh pertolongan di laut. Panggelawang dan Wanggaia, adik-kakak yang pandai melaut, merasa terpanggil untuk menyelamatkan tetangga-tetangganya.Tetapi sialnya, Nabai yang ditinggal sendirian di rumah didatangi oleh raksasa. Ia tidak kuasa saat secara tiba-tiba raksasa itu mencengkeram tubuhnya. Akhirnya ia dibawa pergi oleh raksasa itu.
Ainun dan Manusia Daun
Cerita RakyatCerita ini merupakan karya sastra dari tanah Minahasa. Awalnya ditulis oleh Wantalangi Mamuaja dan diceritakan kembali oleh Mardianto dengan judul “Wulan Lumeno Dilamar Ular Belang”. Untuk mempermudah anak didik memahami cerita sebagai bahan literasi bacaan sekolah, judul cerita diubah menjadi “Ainun dan Manusia Daun.”
Kesaktian Indra Maulana
Cerita RakyatCerita "Kesaktian Indra Maulana" yang ditulis Dwi Antari berasal dari Sumatera Barat. Cerita ini mengisahkan tentang anak raja sakti bernama Indra Maulana yang tidak disukai oleh ayahnya, Maharaja Indra Mangindra. Indra Maulana merupakan sosok yang baik, suka menolong, dan patuh pada orang tua. Meskipun demikian, sang ayah tetap berusaha dengan berbagai macam cara untuk melenyapkan dirinya. Suatu waktu sang ayah meminta sang anak untuk mencarikannya obat langka yang harus ditempuh dengan melalui banyak rintangan dan marabahaya. Sebagai anak yang berbakti Indra Maulana menyanggupi permintaan sang ayah yang hampir mustahil tersebut.
Legenda Bukit Perak
Cerita RakyatCerita "Legenda Bukit Perak" yang ditulis oleh Ricky A. Manik berasal dari Jambi. Cerita ini mengusahkan penghulu desa di pedalaman Muarojambi. Penduduk setempat sangat menghormati penghulu yang keral dipanggil Datuk Sengalo. Di bawah pimpinan Datuk Senggalo, masyarakat hidup rukun, aman, dan sejahtera. Selama Datuk Sengalo masih menjaga desa, selama itu pula desa senantiasa aman sentosa dari orang-orang yang hendak berbuat jahat. Hal inilah yang membuat Datuk Sengalo begitu dikenal di berbagai penjuru negeri. Namun, sorang datuk yang berasal dari Desa Dano Lamo merasa iri terhadap Datuk Sengalo. Datuk dari Desa Danu Lamo merasa dirinya juga sakti seperti Datuk Sengalo, tetapi tidak dihormati seperti Datuk Sengalo. Datuk yang iri hati pun merebut pusaka Datuk Sengalo. Pusaka yang berbentuk keris perak itu ditanam di bawah pohon rambe, di perbatasan desa. Keris itulah yang telah menjadi pelindung desa sehingga orang-orang luar yang bermaksud jahat tidak dapat melihat desa. Kepemimpinan Datuk Senggalo pun masih tetap dingat.
Di Balik Derita Si Boru Tombaga
Cerita RakyatCerita "Di Balik Derita Si Boru Tombaga" yang ditulis oleh Buha Aritonang berasal dari Sumatera Utara. Cerita ini mengisahkan sepasang suami istri yang tidak mempunyai keturunan anak laki-laki. Keluarga mereka hanya diberi keturunan dua anak perempuan yaitu Boru Tombaga dan Boru Buntuon. Permasalahan muncul saat kedua orang tua tersebut meninggal karena sang anak tidak bersedia memberikan harta orang tuanya kepada sang paman yang memiliki sifat tercela. Menurut kepercayaan etnik Batak Toba harta hanya diwariskan kepada anak laki-laki sedangkan anak perempuan tidak dapat menjadi pewaris. Apabila tidak memiliki anak laki- laki harta tersebut diwariskan kepada adik laki-laki dari sang ayah atau paman dari kedua anak perempuan itu.
Asal-Usul Nama Kampung Uka-Uka
Cerita RakyatCerita "Asal Usul Nama Kampung Uka-Uka" yang ditulis oleh Laila berasal dari Kalimantan Selatan. Cerita ini mengisahkan Datu Ning Mundul yang sakti mandraguna. Saat sekawanan perompak datang ke kampung, mereka membuat keonaran dan kapten perompak menculik istri Datu. Diyang pun berteriak "Uu Kaa... Uu Kaa" untuk memanggil suaminya, tetapi Ning Mandul sedang berada di kebun. Mengetahui istrinya diculik, Ning Mandul pun segera menemui perompak dan menantang mereka untuk adu kekuatan. Akan tetapi, Ning Mundul berhasil mengalahkan rombongan perompak dengan mengadu kekuatan. Kapten perompak pun mengakui kesaktian Ning Mundul. Kampung Uka Uka sekarang dikenal sebagai Desa ‘Oka Oka’, Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Dalem Boncel
Cerita RakyatCerita rakyat "Dalem Boncel" berasal dari Jawa Barat. Cerita karya Sunarsih ini mengisahkan sebuah keluarga miskin yang memiliki seorang anak bernama Boncel. Suatu hari, Boncel pergi dari desa Bungbulang untuk mengadu nasib. Boncel pun tiba di desa Caringin, Banten. Di sana, ia bekerja dengan kepada desa. Kegigihan dan kejujurannya membuat dirinya diangkat sebagai sekretaris desa hingga menjadi dalem (bupati). Di bawah pemerintahnnya, Desa Caringin menjadi maju, bahkan dermaga Caringin menjadi pelabuhan perdagangan internasional dimana kapal-kapal dagang VOC banyak berlabuh. Cerita ini mengajarkan bahwa kesuksesan bisa diraih dengan kerja keras dan kejujuran.
Kurabesi
Cerita RakyatCerita “Kurabesi” yang ditulis oleh Ummu Fatimah Ria Lestari berasal dari daerah Papua. Cerita ini mengisahkan tentang seorang perempuan hamil yang hidup sebatangkara di kampung Korem, Papua. Ia selalu bersedih menunggu suaminya pulang di pinggir laut hingga seekor elang yang iba padanya membawanya pergi untuk melahirkan di tempat lain. Anak itu diberi nama Sapfanmer. Setelah Sapfanmer besar, ibunya mengajak dia kembali ke kampungnya. Atas bantuan elang, mereka mampu mengalahkan seekor ular naga besar yang menghuni sebuah gua di Kampung Korem yang telah menyebabkan semua warga Korem meninggalkan Korem karena takut. Setelah ular naga besar itu berhasil dilumpuhkan, Sapfanmer dan ibunya mengajak warga kampung kembali ke Korem. Mereka mengarungi laut dari Timur ke laut lain hingga sampai di Tidore. Atas kekuatannya yang tangguh dalam mengarungi lautan dalam waktu yang lama, Sultan Tidore memberikan gelar kepada mereka si 'Kurabesi'. Sejak saat itulah Kurabesi terkenal sebagai leluhur kampung Korem yang pandai melaut.
Biawak Zege
Cerita RakyatCerita “Biawak Zege” yang ditulis oleh Lustantini Septiningsih berasal dari daerah Papua. Cerita ini mengisahkan tentang warga Desa Bilai yang merasa khawatir karena banyak warga yang meninggal dunia akibat wabah penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Mereka segera memanggil orang pintar untuk mencari cara mengusir wabah itu. Warga akhirnya memenuhi perintah sang orang pintar untuk membawa seekor biawak dari Gunung Zege yang dapat mengabulkan segala macam permintaan. Namun, kerakusan warga mulai muncul. Mereka meminta banyak uang dari biawak Zege dengan mengorbankan sepuluh ekor babi untuk setiap permintaan. Akhirnya babi menjadi langka dan warga menjadi kesusahan. Kemudian mereka memutuskan untuk tidak menggantungkan hidup mereka lagi kepada biawak dan mengembalikan biawak ke asalnya.
Gong Robek yang Bertuah
Cerita RakyatCerita "Gong Robek yang Bertuah" yang ditulis oleh Zaenal Hakim berasal dari daerah Nusa Tenggara Barat. Cerita ini mengisahkan tentang sepasang kakak beradik bernama Seleser Gelap dan Rembulan Purnama yang hidup sangat miskin dan tinggal di sebuah desa kecil. Suatu hari, saat menangkap ikan dan menyimpannya di dalam bubu, secara ajaib ikan-ikan mereka menghilang. yata, ikan itu dimakan oleh seorang jin berwujud angsa. Jin mengajaknya ke Negeri Angsa dan memberikan beberapa barang terbuat dari emas dan kuda. Seleser memilih kuda gagah dan adiknya memilih kuda pincang dan sebuah gong yang robek karena ia mengingat pesan ayahnya untuk memilih barang yang paling buruk jika jin memintanya memilih barang di negerinya. Setelah kembali, mereka bekerja keras hingga mendapatkan harta yang berlimpah. Mereka juga mencoba pergi ke luar negeri untuk menambah pengalaman dan kekayaan. Sayang sekali, Seleser Gelap lupa diri. Ia hanya bermalas-malasan serta menjual semua barang yang telah diberikan Jin Angsa. Sementara adiknya tetap bekerja dan kekayaannya semakin bertambah.